Loading ...
TITIK KRITIS PRODUKSI SEMEN BEKU
30 September 2024
News Detail Image

Oleh : Tati Susnawati

 Inseminasi Buatan (IB) adalah teknologi reproduksi untuk meningkatkan populasi, dan mutu genetik ternak. Meskipun saat ini teknologi reproduksi sudah sangat maju, tetapi untuk kondisi seperti di Negara Indonesia, IB masih merupakan satu-satunya teknologi reproduksi yang paling aplikatif digunakan secara meluas terutama pada ternak sapi.

Keberhasilan program IB ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor sumber daya manusia (SDM), faktor betina dan fektor pejantan. Faktor SDM dalam program IB adalah peternak dan petugas IB (inseminator).  

Faktor peternak sangat mempengaruhi keberhasilan IB dalam memelihara ternak betina, memperhatikan kesehatan dan kebersihan, memberikan pakan yang cukup dan seimbang, serta aktif melakukan deteksi estrus. Faktor inseminator sangat mempengaruhi keberhasilan inseminasi. Inseminator yang baik harus melaksanakan program IB secara “legeartis” dalam berbagai hal, diantaranya adalah “handling” semen beku.

Faktor betina adalah akseptor IB yang digunakan harus dalam umur produktif, tidak memiliki kelainan anatomis (terutama organ reproduksi), sehat dan bersiklus normal. Faktor jantan adalah kualitas semen yang diinseminasikan. Sesuai dengan tujuan IB, untuk meningkatkan populasi dan mutu genetik, maka seharusnya hanya sapi-sapi yang mempunyai nilai genetik yang tinggi dengan kualitas semen yang baik yang dapat diproduksi dan didistribusikan kepada peternak. 

Dalam hal ini, akan dibahas mengenai faktor jantan mulai dari teknik koleksi semen sampai berada di kontainer.

 a. Koleksi semen

Koleksi semen sapi di BIB/BIBD harus dilakukan menggunakan vagina buatan, karena merupakan cara yang paling baik dan fisiologik sehingga proses pegeluaran semen akan terjadi secara alamiah. Ternak sapi yang menolak teknik koleksi ini maka perlu dipertimbangkan kembali untuk dijadikan sumber bibit.

Titik kritis dalam koleksi semen adalah :

1. Pemilihan jenis vagina buatan (VB)

Untuk sapi – sapi bos Taurus dapat menggunakan VB ukuran 45 cm, untuk sapi bali atau PO sebaiknya menggunakan VB ukuran 20 cm

2. Mandikan sapi sebelum koleksi atau paling tidak bersihkan preputium, dan gunting bulu – bulu preputium dengan menyisakan 1 – 2 cm

3. Tekanan dan suhu vagina buatan

a. Tekanan yang diberikan pada VB harus memperhitungkan volume penis dari sapi yang akan intromisi, jangan terlalu banyak akan menyebabkan sobeknya inner liner

b. Suhu akhir vagina buatan pastikan antara 41 – 440C, selalu pergunakan thermometer jangan menggunakan “filling” atau diraba dengan jari.

4. Pelicin/jelly atau vaselin hanya diberikan pada 1/3 bagian depan dari VB, pelicin yang diberikan terlalu dalam akan tercampur dalam semen, sehingga ejakulat menjadi kotor

5. Lakukan false mount 1- 2 x bergantung dari perubahan warna mukosa penis, biasanya dari pucat, merah jambu dan merah

 

b. Evaluasi semen

Evaluasi semen adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kualitas semen yang dikoleksi serta untuk menghitung kadar pengenceran maupun jumlah pelayanan terhadap betina yang akan diinseminasi. Semen hasil koleksi sebaiknya disimpan pada water bath suhu 36oC pada saat evaluasi. Evaluasi semen dapat dilakukan secara makroskopis (tanpa menggunakan mikroskop) dan secara mikroskopis.

Titik kritis pada evaluasi semen :

1. Semen/ejakulat disimpan pada suhu 36oC selama pengamatan

2. Waktu pengamatan usahakan < 15 menit

3. Pastikan menilai gerakan spermatozoa pada suhu 370C (suhu optimal spermatozoa  dapat bergerak)

4. Gerakan massa adalah sekumpulan dari massa spermatozoa yang bergerak bersama – sama, tidak secara otomatis menggambarkan motilitas spermatozoa

5. Gerakan individu/motilitas spermatozoa hanya dan harus dinilai pada semen yang telah dilarutkan / diencerkan dengan larutan fisiologik (Nacl atau larutan pengencer semen). Campuran larutan dan semen harus mempertimbangkan konsentrasi spermatozoa dari semen yang akan diuji. 

6. Konsentrasi adalah jumlah sel spermatozoa per ml semen. Kesalahan menilai konsentrasi semen segar akan menyebabkan kurangnya dosis inseminasi per straw. Penghitungan paling akurat, menggunakan alat :

a. Photometer SDM 5

b. Photometer SDM 6

Tetapi :

a. Pastikan alat selalu terkalibrasi

b. Lakukan penggantian lampu secara rutin (lampu yang sudah redup akan menyebabkan alat salah membaca hasil)

c. Lakukan dark ajusment setiap 2 minggu sekali jika menggunakan photometer 5/6

7. Morfologi perlu dihitung, lakukan secara rutin 2 – 3 bulan sekali, morfologi akan berubah jika ternak mengalami demam tinggi atau perubahan pakan

 

c. Pengencer semen

Untuk tujuan preservasi, semen segar perlu ditambahkan bahan pengencer yang mengandung komponen – komponen penting untuk menunjang kehidupan spermatozoa. Bahan pengencer yang akan digunakan harus dipilih dan disesuaikan dengan karateristik semen ternak yang akan dipreservasi, karena pada setiap semen terdapat perbedaan karakteristik dan komposisi kimia. Perlu juga diperhatikan bahwa tidak semua bahan bisa digunakan sebagai bahan pengencer semen. 

Titik kritis dalam bahan pengencer semen :

1. Bahan kimia yang digunakan harus pro analisis 

2. Kandungan nutrisi dalam pengencer

3. Buffer yang tepat

4. Anti cold shock

5. Krioprotektan 

6. Antibiotik

 

d. Pengenceran semen

Dalam mengencerkan semen ada beberapa yang harus diperhatikan adalah :

1. Dosis inseminasi

Di Eropa dan Amerika semen beku mengandung 15 – 20 juta per straw, tetapi faktor perhitungan memasukkan nilai morfologi. Di Indonesia semen beku mengandung 25 juta per straw, tetapi faktor morfologi tidak dimasukkan :

2. Cara mencampur pengencer dengan semen

a. 1 tahap (dalam suhu ruangan)

b. 2 tahap (50% dalam suhu ruangan tanpa gliserol + 50% dalam suhu 5oC dengan gliserol)

3. Cara mencampur pengencer dengan semen

Spermatozoa mempunyai ukuran yang sangat kecil dan antara kepala dan ekor terdapat “capitulum” yang mudah lepas, oleh karena itu mencampur semen usahakan menggunakan pipet yang disertai balb (pipet filter), diberikan secara perlahan melalui dinding tabung.

 

Titik kritis dalam pengenceran semen :

1. Dosis inseminasi yang digunakan (25 juta / straw)

2. Faktor perhitungan pengenceran

3. Pemilihan teknik pencampuran satu tahap atau bertahap

4. Cara mencampur pengencer ke semen

 

e.Equilibrasi

Equilibrasi adalah periode penyesuaian spermatozoa dengan pengencer dan suhu sebelum pembekuan pada uap nitrogen cair. Waktu yang dibutuhkan adalah 3 – 4 jam pada suhu 5oC. Titik kritis dalam equilibrasi adalah stabilitas dari suhu kulkas atau cool top yang digunakan. Pastikan suhu antara 4 – 50C dan suhu harus stabil.  

 

f.Pembekuan

Pembekuan semen dapat dilakukan bisa menggunakan peralatan konvensional dengan styrofoam atau alat otomatis seperti Digit Cool. Spermatozoa yang telah dibekukan disimpan dalam kontainer nitrogen cair -196oC untuk diuji lebih lanjut sebelum didistribusikan.

 

g. Pengujian kualitas semen beku

Pengujian kualitas semen beku dapat dilakukan 24 jam kemudian dengan tujuan spermatozoa sudah beku dengan sempurna. Semen beku di thawing pada suhu 37 – 38oC selama 30 detik.

 

Tahap pengujian kualitas semen untuk mengetahui jika ada kesalahan dalam prosedur :

1. Semen segar

Merupakan seleksi awal pengujian, perlu ditentukan standar awal semen untuk dilanjutkan untuk diproses atau tidak, berdasarkan nilai recovery rate, sehingga dapat bersifat individual

2. Setelah pengenceran

Setelah pengenceran perlu dilakukan pengujian motilitas, sehingga jika ada kesalahan dalam bahan pengencer dapat mudah diketahui. Setelah pengenceran semen harus mempunyai kualitas yang sama dengan semen segar bahkan bisa sedikit lebih baik akibat penambahan pengencer

 

3. Setelah equilibrasi

Pengujian yang dilakukan setelah equilibrasi perlu dilakukan untuk mengetahui fungsi kerja dari refrigerator atau cool top. Penurunan kualitas setelah equilibrasi rata – rata adalah 5%, kalau turun lebih dari 10% maka harus dicek kembali kondisi refrigerator atau cool top

4. Setelah pembekuan (PTM)

Kualitas semen beku akan menurun sebanyak 20 – 30%, bergantung pada jenis pengencer yang digunakan, teknik pembekuan dan kemampuan SDM, serta freezing capibility dari spermatozoa hewan tersebut. 

Aksesibilitas

Pembaca Layar
Kontras
Perbesar Teks
Jarak Huruf
Jeda Animasi
Ramah Disleksia
Kursor
Jarak Baris
Perataan Teks
Saturasi
Reset